Gubenur Jawa Timur Cegah Stunting PAUD


Gubernur Khofifah Indar Parawansa ingin seluruh desa di Jawa Timur memiliki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Ini sebagai tempat pembelajaran anak hingga pencegahan stunting dan gizi buruk. "Kalau Bunda PAUD, pertama saya sih berharap tidak ada desa di Jawa Timur yang tidak punya PAUD," kata Khofifah usai melantik Bunda PAUD di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (20/9/2021).

Khofifah menambahkan bagaimana pentingnya pendekatan holistik integratif. Seperti ketersediaan sarana dan prasarana hingga pembinaan guru PAUD.  "Pembinaan yang harus dikuatkan nanti memang butuh waktu, lebih khusus tadi saya pikir yang dari Kemendikbud bisa berkenan lebih lama memberikan penguatan," tambahnya. Jika hal-hal ini telah terpenuhi, Khofifah mengatakan, monitoring anak-anak akan bisa dimaksimalkan. Monitoring ini untuk mencegah terjadinya stunting hingga gizi buruk.

"Dari situ kemudian kita lihat bahwa PR nasional adalah menurunkan stunting secara lebih signifikan. Antara lain memang di saat mereka mengikuti pendidikan PAUD itu juga menjadi penting supaya asupan gizinya semua termonitor dengan baik," bebernya.

"Karena Pak Presiden itu melihat kualitas SDM kita daya saing yaitu dari 3 item. Pertama adalah dari stunting, AKI dan AKB, angka kematian ibu, angka kematian bayi. Tiga hal ini melekat pada Ketua Tim Penggerak PKK yang juga sebagian besar ini adalah PR Bunda PAUD," pesan Khofifah. (sun/bdh)

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5732394/cegah-stunting-khofifah-ingin-seluruh-desa-di-jatim-punya-paud?_ga=2.254971339.290730296.1649132840-2034473386.1602637803

 

 

Pada tanggal 20 September 2021 dikabarkan oleh Hilda Meilisa Rinanda diliput berita detiknews. Khofifah, gubenur jawa timur menyatakan bahwasannya untuk mencagah stunting pada anak usia dini perlu pembinaan dan ketersedian sarana dan prasarana yang mewadahi. Kebijakan ini merupakan hal yang harus diapresiasi, sebab mengingat angka stunting di Indonesia cukuplah tinggi.

Indonesia memiliki masalah gizi yang cukup berat. Hal ini, dapat dilihat dengan banyaknya kasus gizi kurang. Malnutrisi adalah suatu dampak keadaan status gizi. Stunting merupakan salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%) dan menduduki peringkat kelima dunia. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:

1.Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makan- an baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.

2.Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan), Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).

3.Masih kurangnya akses rumah tangga / keluarga ke makanan bergizi. Penyebabnya karena harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.

4.Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tang belum memiliki akses ke air minum bersih.

Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia dini adalah asupan energi, berat badan lahir, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga, pola asuh dan keragaman pangan. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu :

1. Memberikan asupan energi yang cukup melalui program makanan tambahan

 2. Memberikan asupan zat gizi dan tablet Fe pada ibu hamil agar perkembangan janin optimal dan lahir dengan berat badan normal

 3. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan

4. Membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga

5. Memberikan penyuluhan tentang pola asuh

6. Memberikan penyuluhan tentang makanan beragam dan pelatihan pemanfaatan pekarangan sebagai kebun sayur.

Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara :

1.Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil.

2.ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.

3.Memantau pertumbuhan balita di posyandu.

 4.Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.

Menurut pendapat saya, kesehatan dan gizi merupakan salah satu kebutuhan esensial anak usia dini yang harus terpenuhi, dengan hal tersebut diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Alangkah bijaknya pemerintahan dapat memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik. Memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya ibu dan guru PAUD terkait pemenuhan gizi terhadap anak.

Praktik pemberian makan berhubungan dengan kualitas konsumsi makanan yang pada akhirnya akan meningkatkan kecukupan zat gizi. Tingkat kecukupan zat gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Pengetahuan tentang kesehatan dan diet (memilih, mengolah, melayani) diperlukan untuk mencapai keluarga yang sehat, terutama jika terdapat anak usia dini dalam keluarga.

Hal ini akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak usia dini. Bertumbuh berarti sesuatu dapat diukur dan dihitung seperti berat. Sedangkan perkembangan secara kualitatif tidak dapat diukur tetapi dapat dilihat pada kebiasaan sehari-hari anak seperti bahagia, cengeng, tekun, lemah, pendiam, lincah, dan sebagainya (Akmal dkk., 2020). Asuhan nutrisi dan stimulasi yang kurang memadai pada masa awal kehidupan anak, terutama anak usia 1–3 tahun berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal. Pada usia tersebut anak tumbuh dan berkembang secara pesat. Peran orangtua dalam proses pengasuhan sangat penting, terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar anak (asah, asuh, asih), salah satunya adalah asuhan nutrisi dan stimulasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inkuiri PAUD

Pemilihan Strategi dalam Pembelajaran di PAUD

Sumber Belajar