Problematika dalam Pembelajaran di Musim Corona
Haru biru
keteragisan kondisi pelajar hari ini.
Remaja juga bagian dari rakyat, yang suara hatinya haruslah didengar. Apalagi selama pandemi
ini, belajar daring didampingi oleh orang tua sampai darah tinggi. Kitapun jadi lelah pikiran,
stress, dan lelah hati. Berbeda lagi dengan anak Sultan, segala fasilitas
mereka miliki terpenuhi. Lantas bagaimana dengan yang lain ? ternyata pembelajaran daring ini membuat kita
dilema besar bagi bangsa kita.
Banyak hal
yang menjadi kendala hingga akhirnya menyumbat keefektifan proses belajar
mengajar. Sebagaimana pemaparan seorang
siswa berpakaian putih abu – abu dalam rekaman viral. Pencetus kalimat “ Jika sekolah bertujuan untuk pintar, maka
google lebih pintar” mewakili mayoritas hati pelajar dan pendidik
senusantara. Ia dengan gamblangnya
menjelaskan bahwa banyak hal kendala
dalam proses pembelajaran daring.
Gadget, kuota, sinyal, bahkan erring mati lampu di wilayah – wilayah
tertentu jelas sangat mengganggu. Ditambah lagi harga kuota atau paket data
yang dijual dengan harga mahal di pelosok daerah.
Selain itu,
adab belajar yang mulai pudar sebab menganggap remeh pembelajaran online.
Misalnya, banyak siswa habis absen lanjut
tidur lagi, belum mandi saat mengikuti proses belajar dan memakai
seragam asal – asalan. Alias pakai
seragam bagian atas saja, bagian bawah memakai pakaian santai. Ada lagi,
belajar mematikan kamera alasannya hemat kuota padahal nyambi nonton drama korea atau membaca komik.
Persoalan
eksternal juga begitu dahsyat melanda.
Semisal yang terjadi di Kulonprogo, Jogyakarta. Pembelajaran daring di daerah
tersebut terkendal oleh 120 area
blank spot atau tida terjangkau
jaringan internet. Belum lagi
keterbatasan finansial orang tua sehingga masih banyak siswa yang tidak memilik
gadget. Alhasil, 20 persen siswa TK sampai SMP di Kulonprogo ini kesulitan
mengikuti belajar daring. Krjogja.com ( 27/8/2020)
Kesulitan
ekonomipun juga dirasakan di daerah lainnya. Orang tua siswa SMA/SMK di
Provinsi Banten yang berpenghasilan pas – pasan kelabakan. Mereka merasa
kesulitan untuk membeli hand phone dan kuota internet. Indopos.co.id
(26/8/2020). Bahkan akibat sulitnya finansial, seorang ayah nekat mencuri hand
phone agar anaknya bisa mengikuti belajar daring. Amat sungguh miris,
kejadian mengenaskan ini terjadi di Kampung Cilelang, Desa Jati, Tarogong
Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Merdeka.com (7/8/2020)
Ciri – ciri umum belajar
Pada dasarnya seharusnya pembelajaran haruslah memiliki ciri sebagai berikut :
1.Terdapat keaktifan mengamati dan berinteraksi.
2.Dibangun atas pengetahuan sebelumnya yaitu melibatkan, memperkaya, membangun, dan mengubah pemahaman yang ada.
3. Terjadi dalam lingkungan sosial kompleks.
4. Kontek otentik yaitu memberikan pelajar terlibat daam menuangkan ide.
5. Motivasi dan keterlibatkan kognitif.
6. Adanya perubahan,
a.
durasi jangka
panjang dan pendek. Dalam artian melihat potensi kemampuan anak agar meningkatkan kualitas belajar. Jadi,
pelajar tidak merasa terpaksa dalam belajar. Banyak anak yang mereka belajar
hanya untuk sekedar mengumpulkan tugas. Padahal belajar itu memerlukan seorang
pelajar agar paham akan materi yang disampaikan.
b.
Fokus
c.
Perubahan lingkungan
yang kondusif akan menambah semangat belajar.
Jika
kita lihat telaah lebih mendalam lagi. Ternyata kondisi untuk para pelajar hari
ini sangat kurang dalam hal berinteraksi tatap muka. Daya fokus pelajar mulai
menurun. Yang biasanya mereka jika di sekolah fokus memperhatikan guru,
sekarang para pelajar lebih banyak menyambi pelajaran sambil membuka media
sosial. Dengan mematikan kamera, atau menengok chatt grup yang lain. Bahkan ada
yang sambil nonton film, mendengarkan musik, dan sebagainya. Ujung – ujungnya
tidak paham materi yang disampaikan dan adab dalam belajar semakin rendah.
Bagaimana agar tujuan pembelajaran di musim ini agar
tercapai ?
Selain dampak
buruk yang kita rasakan, ternyata
terdapat dampak positif juga. Di era pandemi seperti ini, para guru dan
murid menjadi lebih mengenal akan teknologi yang pesat. Banyak sekali aplikasi
yang mendukung pembelajaran seperti zoom, google classroom, google meeting, dan
masih banyak lagi. Disinilah kita dituntut agar lebih kreatif dalam
menyampaikan materi . materi yang disampaikan haruslah menarik, jelas, lebih
tersistematis, dan jenis materi yang disampaikan harus sesuai dengan
kurikulumnya.
Dari Kisah, Sikap yang harus kita ambil apa ?
Segera
move on dan fokus mencari solusi atas berbagai kesulitan yang kita hadapi saat
ini. Hal paling utama tentu saja kita harus menunaikan secara optimal amanah
sebagai pelajar. Yaitu, belajar jangan sampai jauh lebih mementingkan asik
berselancar di sosial media. Selain itu,
kita juga harus peka dengan kondisi orang tua. Biasakan peduli dan turut membantu segala kesusahan orang
tua. Tentu dengan batas kemampuan kita. Misalkan, membantu membersihkan rumah,
membantu tidak menambah beban pikiran orang tua dengan disiplin belajar dan
ibadah, membantu mengurangi pengeluaran biaya kuota internet dengan cara hanya
memakainya untuk kebutuhan belajar dan seterusnya. Bagaimana dengan daerah yang tidak terjangkau
jaringan internet ? Bagaimana pula, dengan kondisi yang memang tidak cukup uang untuk membeli gadget dan
paket internet ? Butuh banyak elemen
untuk mengatasi masalah tersebut.
Utamanya memang butuh kebijakan pemerintah.
Sudah sepatutnya seperti itu.
Jika kita tadi bicara tentang pendidikan dalam peradaban
sekarang ini. Mari kita kulik jejak pendidikan dalam peradaban islam.
Dalam pandangan
islam, pendidikan adalah hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Bahkan,
wajib bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu. Baik ilmu dunia berupa sains dan
teknologi, terlebih lagi ilmu agama. Maka hal ini menadi dalil, bahwa negara memiliki
kewajiban untuk menjamin pendidikan setiap warganya tanpa terkecuali.
Sebgaimana yang
pernah terbentang sepanjang peradaban islam, pendidikan menjadi salah satu
urusan yang mendapat porsi perhatian sangat besar. Negara berperan
menyelenggarakan pendidikan secara Cuma – Cuma dan berkualitas. Juga menjamin
agar pendidikan ini mudah diakses oleh seluruh rakyat bahkan hingga ke pelosok
negeri. Secara silih berganti, pemimpin dalam peradaban islam menunaikan
kewajibannya ini secara optimal.
Demikianlah kerja
menunaikan amanah yang berlandaskan yang berlandaskan iman. Memberikan maslahat
bagi alam semesta dan seisinya. Mencerdaskan kehidupan seluruh warga Negara. Dalam artian mengangkat derajat kehidupan
manusia. Menjamin kesejahteraan dan kemuliaannya.
Jika pada masa
lalu pendidikan berkualitas itu mudah didapatkan, sepatutnya akan lebih muda di
masa modern kini. Kuncinya satu, seluruh elemen beriman dan bertakwa kepada
Allah Subhannallahu Wata’ala. Maka rahmat serta berkah pasti akan tercurah dari
langit dan bumi.
Komentar
Posting Komentar