Kunci Pendidikan Profesional
Pendidikan di negeri ini terlihat membingungkan. Nampak jelas, terlihat dari kualitas outputnya. Lulusan sarjana, tetapi saat mereka bekerja ditanya, " Kamu bisa ajari pelajaran ini ? " ujar tingkat junior " Sudah lupa aku," jawab lulusan sarjana. Keluh seorang guru, " Saya bingung dengan Kurikulum 2013, guru disuruh ini itu. Terlalu banyak pelatihan." Alhasil, murid malas, guru kelagapan. Moral dan adab seorang anak peserta didik mulai hilang. Guru dianggap seperti temannya sendiri, berbicara tidak sopan, tingkahnya yang kurang ajar. Dinasehati sedikit, mengumpat dibelakang. Menjelek-jelekkan guru, "Terserahku bu...bu/pak...pak," "Murid itu butuh kebebasan, gak stress mikirin banyak tugas," " Mending gak sekolah, kalau materinya gak berguna sama sekali," "Yang penting ngumpulin tugas, yang penting hadir. Gak paham atau gak bermanfaat urusan belakang," "Buang- buang duwit, kalau ujung-ujungnya disuruh belajar sendiri," dan masih banyak lagi alasan murid lainnya. Pada intinya, menurut peserta didik proses pembelajaran zaman ini semata-mata hanya untuk menambah wawasan saja. Teori-teori yang dipelajari selama dia duduk dibangku sekolah tidak membawa dampak besar bagi kehidupan. Hanya beberapa persen yang benar-benar bermanfaat. Itupun kecil kemungkinan menerapkan di dalam lingkungan.
Beberapa tahun lalu, kita sering mendengar siswa bertindak brutal melawan gurunya sendiri. Dikarenakan guru menegur siswa sedang merokok. Sangking geramnya pelaku, tanpa ragu menarik krah guru tersebut. Berita tersebut sempat viral pada tahun 2019, di salah satu SMP Kota Gresik.
Apakabar dengan kondisi pandemi sekarang ?
Kegiatan pembelajaran daring semakin menurun adab seorang murid. Terbukti saat vidio call, hanya memakai seragam atasan bawahannya pakai celana diatas dengkul. Sengaja meng-offkan kamera demi bisa rebahan sampai tertidur dengan pulas. Lebih menakjubkan lagi, hp sekedar dinyalakan tetapi ditinggal keluar. Alih-alih sekedar absen, pura-pura masuk kelas saja. Tingkat pencontekan semakin memuncak ketika ujian berlangsung. Berkerja sama di grup kelas wathsapp tanya sana sini, searching ke mbah google. Astagfirullah hal'adzim, semakin mirisnya pelajar hari ini.
Mari kita ulas, kira -kira kenapa ya bisa terjadi seperti itu ?
1. Niat
Seorang pelajar seharusnya memiliki niat yang kuat untuk belajar. Niat itu berdasarkan lillahita'alah. Bersungguh-sungguh belajar demi meraih ridho Allah Subhanallahu Wata'alah. Banyak amalan yang terlihat sebagai amalan dunia, lalu menjadi amal akhirat karena niat baiknya. Selain mencari ridho Allah, perlu juga meniatkan untuk mengahapus kebodohan dari dirinya dan dari segenap orang-orang bodoh, menghidupkan agama, dan melanggengkan islam. Sebab kelanggengan islam adalah dengan ilmu. Terlebih laginya ilmu agama. Pantas saja, jika moral pelajar hari ini semakin hancur karena dari sisi aqidahnya saja sudah lemah. Pelajaran agama, terealisasikan hanya beberapa jam saja. Teori tentang dunia semakin diperbanyak. Semangat dalam mengkaji islam semakin luntur, tak ada waktu luang bagi siswa untuk mempelajarinya. Dikarenakan tugas disekolah menumpuk, dikejar deadline dan sebagainya. Kalau seperti ini, gimana generasi selanjutnya ? Semakin hancur apa semakin maju ? Ya semakin hancur, kalau niatnya gak segara diperbaruhi karena lillah.
2. Memilih ilmu, guru, dan kesabaran dalam belajar
Sebagai pengemban ilmu harusnya memilih ilmu yang dibutuhkan dalam urusan agamanya dan dibutuhkan pada masa yang akan datang. Adapun dalam memilih guru, seorang penuntut ilmu memilih yang paling berilmu, shaleh (menjauhkan diri dari perbuatan dosa), dan paling tua. Sikap setia terhadap guru, tidak meninggalkannya, berpaling darinya, tetap disisinya sehingga belajar kita menjadi diberkahi dan mengambil manfaat dari ilmu tersebut. Kesabaran dan keteguhan adalah sebuah pondasi besar dari segala urusan. Maka daripada itu, seorang penuntut ilmu harus betah dan sabar terhadap gurunya. Jangan sampai seperti tadi, dinasehatin sedikit malah ngamuk.
3. Giat, rajin, dan semangat
Pelajar haruslah rajin dalam mengulangi ilmu yang telah dipelajarinya mulai dari awal hingga akhir. Waktunya antara magrib dan isya' atau yang sedang puasa jam sahurlah yang diberkahi. Musuh pada diri sendiri yang menghindari dari semangat ialah malas. Perlu kita ketahui bahwannya malas itu timbul akibat jarang menghayati kemuliaan dan keutamaan ilmu. Ditambah lagi, kalau waktu ngerjain tugas banyak nyemilnya. Kerjaan belum kelar, kekenyangan setelah itu tidur, makin nambah malas.
4. Ini cocok sekali untuk diterapkan oleh seorang guru terhadap murid yakni,
- Dalam memahami pelajaran sekiranya ia mampu mengulangi 2 kali apa yang telah dikaji, apablila masih kurang ulangi sebanyak 10 kali. Masalahnya remaja kini tidak suka menghafal, kalau hafalan cepat sekali lupa. Perlu diketahui teman-teman ada beberapa hal yang dapat memudahkan hafalan dan yang menyebabkan lupa. Faktor terkuat dalam mempermudah hafalan adalah kesungguhan, ketekunan, mengurangi makan, dan sholat malam. Membaca Al-Qur'an juga termasuk faktor yang mempermudah hafalan. Adapun yang membuat kita lupa adalah maksiat, banyak dosa, gelisah dan kesedihan karena urusan dunia.
- Memberikan refrensi buku yang kecil dan ringkas, tidak membosankan, dan dapat dipraktikkan di masyarakat
- Mengharuskan pelajar melakukan tukar ilmu, berdiskusi, dan beradu argumen. Perlu dicatat diskusi yang baik ialah dalam rangka mencari kebenaran.
5. Seorang pelajar harus disibukan dengan mempelajari agama Allah, karena Allah akan mencukupi keinginannya dan memberikan rizeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Ilmu agama inilah yang harus tetap diteguhkan mulai sejak dari buaian hingga ke liang lahad
6. Memetik pelajaran dengan cara mencatat pelajaran-pelajaran yang didengarkan
7. Sikap seorang pelajar yang sholeh maka ilmunya lebih bermanfaat, dan belajar pun akan menjadi mudah serta mendapatkan banyak faedah.
Sesungguhnya dunia pendidikan itu akan jauh lebih baik, mengajarkan adab terlebih dahulu kepada murid. Setalah adab itu mulai tercipta dengan baik, maka pelajari ilmu. Bukan sebaliknya ilmu dahulu setelah itu adab, maka akan menghasilkan generasi yang pintar namun adabnya kurang. Percuma jika pelajar memiliki nilai tinggi tapi kurang akhlaknya terhadap guru. Jadilah problematika seperti yang diceritakan awal tadi. Seseorang itu dikatakan merdeka apabila mempelajari ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Pelajar harulah menguasai ilmu agama, ilmu pengetahuan, dan skill yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Yuk ! Jadi Pelajar Muslim Cerdas Dunia Akhirat.
Komentar
Posting Komentar