Anak Berkerudung, Apakah Dapat Mempengaruhi Identits Anak ?
Heboh berita tentang opini hijab tidak wajib. Nong Darol Mahmada, beliau merupakan anak kyai, lulusan tafsir hadist di salah satu universitas terkena, Jakarta. Skripsinya tentang jilbab yang mengatakan,” Anak perempuan kalau sejak kecil anak dijilbabi di masa remajanya bisa kebingungan identitas.” Konon, karena dia beda dengan teman – temannya. Menganggap bahwa, kerudung itu adalah sebuah pemaksaan kepada anak – anak. Yang katanya, seharusnya anak – anak punya kebebasan. Anak – anak yang tidak tahu apa –apa harusnya dibebaskan saja, gak usah dipaksa- paksa.
Sedkit cerita dari saya
Awal mula saya
menggunakan kerudung pada usia 5 tahun. Semenjak duduk di bangku taman kanak –
anak ( Tk ) guru saya menganjurkan setiap hari jum’at harus memakai pakaian
busana muslim. Memang ini sebuah proses pembelajaran terhadap pembentukan
kepribadian anak sejak dini. Berharap,
anak dapat mengetahui bahwasannya perintah menutup aurat itu wajib. Walaupun si
anak masih belum paham mengapa mereka harus mengenakannya. Yang saya tahu dulu,
busana muslim itu merupakan pakaian identitas seorang muslim.
Beberapa tahun
kemudian, SD kelas satu kepala sekolah saya mewajibkan bagi siswi perempuan
harus menggunakan seragam lengan panjang dan berkerudung. Alhamdulillah sampai
kelas 6 SD, di sekolah masih menaati peraturan tersebut. Tapi, sayangnya banyak sekali anak – anak termasuk
saya juga tidaklah istiqomah di lingkungan luar rumah. Seperti, ke luar rumah
bermain, beli jajan, dan lain - lain masih melepas hijab. Memang labil di usia dini ini, jika tidak ada
yang mengarahkannya kepada kebaikan maka akan mudah terombang – ambing dalam
menjalani hidupnya. Sehingga ibu saya lebih banyak memotivasi untuk berkerudung, “ Nak, kalau keluar rumah
harus pakai kerudungnya. Kapanpun dimanapun
keluar rumah harus dipakai.” Begitu ucap beliau seterusnya. Disini saya
mulai bertanya – tanya, “ Kenapa sih, harus pakai kerudung ?” Pernah saya bertanya kepada ibu, “ Kenapa
harus berkerudung ?” cukup jawaban simpel dari beliau, “ Karena menutup aurat.” Sedangkan saya, masih belum juga paham
memangnya kalau berpakaian sopan itu bukan bentuk menutup aurat ? Maksud saya,
berpenampilan tidak kurang bahan. Cukup memakai
baju tidak bolong tengah di punggung, dada terbuka lebar, dan bawahan tidak
memakai celana/ rok diatas lutut. Sekedar itulah pemahaman anak yang awam .
Berbeda lagi,
jika anak yang sudah terdidik oleh orang tua yang faqih terhadap ilmu agama. Pastilah,
mereka dididik sesuai dengan pemahaman
islam. Mereka tahu dan paham, alasannya kenapa berhijab dan batas – batas aurat
laki – laki dan perempuan. SMP, mulai memahami batas – batas aurat laki – laki dan
perempuan. Disaat masa inilah saya bisa istiqomah memakai hijab. iSaya tahu dan
baru paham pentingnya berhijab itu kelas 10 SMK. Suatu ketika, ustadzah saya bertanya,” Tias,
tau gak perbedaannya jilbab dengan kerudung ?” saya menjawab dengan wajah polos,”
Kalau kerudung itu penutup kepala kita
dari atas hingga ke dada. Sedangkan jilbab sama dengan kerudung namun lebih
besar dan panjang.” Ustadzah kembali
bertanya kepada saya,” Kalau pakaian yang sekarang sampean pakai itu baju
potong atau terusan ?” waktu itu saya menggenakan busana tidak terusan. “
Pakaian potongan,” jawabku. Usdazah bertanya,” Tias, tahu perbedaannya antara
kerudung dengan jilbab ?” Saya
menggelengkan kepala dan tersipu malu karena
tidak tahu.
Ustadzah menyuruhku untuk mengambil Al – Qur’an dan membuka surat An – Nur ayat 31 dan surat Al – Ahzab ayat 59. An – Nur : 31, artinya “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. Ustadzah saya menerangakan isi kandungan ayat tersebut tentang kerudung itu kain penutup dari atas kepala hingga ke dada.
Sedangkan surat ayat Al – Ahzab ayat 59 artinya, Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ayat ini mejelsakan tentang jilbab. Jilbab adalah sebuah baju kurung yang tidak berpotongan, tidak teransparan, longgar, tidak membentuk lekuk tubuh, dan menutup seluruh badan dari atas sampai ke bawah . Jika kita lihat era modern ini, orang lebih mengenal dengan istilah gamis.
Sampai sini saya paham perbedaan jilbab (gamis ) dengan
kerudung. Selama ini saya salah
mengartikan kerudung dan hijab. Sebab saya tidak mencari arti yang
sesungguhnya justru lebih memilih
mempresepsikan sendiri lewat pandangan
saja. Kini saya semakin kokoh pemahamannya kenapa harus behijab. Ustadzah saya,
selalu mensuport untuk senantiasa memakai jilbab (gamis ). Memberikan jilbab (gamis ) sebagai
awal perubahan.
Perintah Allah Haruslah Ditaati
Seperti umat muslim
ketahui, bahwasannya Allah memberikan
kita pedoman hidup yakni Al – Qur’an dan As – Sunnah ( Hadist Rasul ). Semua permasalahan hidup kita selama tinggal
di dunia itu terdapat solusi di keduanya. Tinggal kita yang mau mengkajinya atau
tidak. Menaati peraturan dan laranganNya
bukti seorang hamba cinta kepada Rabbnya. Sudah selayaknya wanita di tengah
teknologi canggih mengerti akan aturan Allah.
Menurut Psikiologi Identitas Anak
Benar gak
sih, anak peempuan kalau sejak kecil dijilbabi mengalami kebingungan identitas
? Konon, karena dia beda dengan teman – temannya? Tergantantung. Erik Erikson
pernah berkata , “ Masa remaja itu fokus pada pencarian identitas. “ beliau
berkata, “Proses pembentukan identitas pada remaja memang bisa condong ke arah negatif
ketika penghayatan terhadap dirinya tidak fokus, samar, atau membingungkan. Remaja
tidak tahu siapa dia dan kemana tujuannya.” Remaja cenderung akan negatif. Kata
Erikson, jika: “ Mereka tidak mampu membangun komitmen terhadap diri mereka,
tidak mampu mendefinisikan siapa mereka, dan karena itu ,mereka cenderung gagal
menemukan makna dan tujuan hidupnya.” Menurut Erikson, remaja cenderung akan
mengalami kebingungan identitas jika mereka tidak bisa menyelesaikan proses
pemenuhan itu. Kata Erikson, jika remaja
itu melewati masa kanak – kanaknya dengan aman, kecenderungan arah pembentukan identitas
dirinya bisa positif. Yakni, ketika penghayatan terhadap dirinya terbangun
dengan baik, sehingga memungkinkan dia mngetahui siapa dirinya serta kemana
tujuan mereka. Singkatnya, penghayatan terhadap dirinya yang baik memungkinkan
remaja bisa memberi nilai dan tujuan dalam hidupnya.
Maka tentu jawaban dari
petanyaan tadi ialah, ketika sejak kecil anak sudah dibimbing dan ditunjukkan
siapa dirinya, apa tujuan dia diciptakan di dunia, kemana nanti tujuan
akhirnya, kenapa dia harus bejilbab, dan seterusnya. Itu justru membantu anak
mempercepat proses membangunan konsep diri dan identitas yang kokoh.
Komentar
Posting Komentar